Sunday, February 28, 2016

Kisah NYATA !!!! Cobalah Untuk Tidak Menangis Ketika Membacanya

 Cerita ini yaitu cerita riil satu keluarga yang begitu miskin, yang mempunyai seseorang anak lelaki. Ayahnya telah wafat dunia, tinggalah ibu serta anak lelakinya untuk sama-sama menyokong. Ibunya bersusah payah seseorang diri membesarkan anaknya, serta sewaktu itu kampung itu belum mempunyai listrik. Waktu membaca buku, sang anak itu diterangi cahaya lampu minyak, sedang ibunya dengan penuh kasih menjahitkan pakaian untuk sang anak.

Waktu masuk musim gugur, sang anak masuk sekolah menengah atas. Namun malah waktu tersebut ibunya menanggung derita penyakit rematik yang kronis hingga tak dapat lagi bekerja disawah. Waktu itu tiap-tiap bulannya murid-murid diwajibkan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak tahu kalau ibuya mustahil dapat memberi tiga puluh kg beras itu. Serta lalu berkata pada ibunya :
" Ma, saya ingin berhenti sekolah serta menolong ibu bekerja disawah ".

Ibunya mengelus kepala anaknya serta berkata : " Anda mempunyai kemauan seperti itu ibu telah suka sekali namun anda mesti tetaplah sekolah. Janganlah cemas, bila ibu telah melahirkan anda, tentu dapat menjaga serta melindungi anda. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah kelak berasnya ibu yang bakal bawa ke sana ".

Lantaran sang anak tetaplah bersikeras tidak ingin mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang anak itu. Serta ini yaitu pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya. Sang anak pada akhirnya pergi juga kesekolah. Sang ibunya selalu memikirkan serta merenung dalam hati sembari lihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.

Tidak berapakah lama, dengan terpincang-pincang serta nafas terburu-buru Ibunya datang kekantin sekolah serta turunkan sekantong beras dari bahunya. Pengawas yang bertanggungjawab menimbang beras serta buka kantongnya serta mengambil segenggam beras lantas menimbangnya serta berkata :

" Kalian beberapa wali murid senantiasa sukai mengambil keuntungan kecil, kalian saksikan, di sini berisi kombinasi beras serta gabah. Jadi kalian sangka kantin saya ini tempat penampungan beras kombinasi ".
Sang ibu ini juga malu serta berulang-kali mohon maaf pada ibu pengawas itu.

Awal Bln. selanjutnya ibu menanggung sekantong beras serta masuk dalam kantin. Ibu pengawas seperti umumnya mengambil sekantong beras dari kantong itu serta lihat. Masihlah dengan alis yang mengerut serta berkata :

" Masihlah dengan beras yang sama ". Pengawas itupun memikirkan, apakah tempo hari itu dia belum berpesan dengan Ibu ini serta lalu berkata : " Tidak peduli beras apa pun yang Ibu berikanlah kami bakal terima namun macamnya mesti dipisah janganlah digabung berbarengan, bila tak jadi beras yang dimasak tak dapat masak prima. Setelah itu bila begini lagi, jadi saya tak dapat menerimanya ".

Sang ibu sedikit takut serta berkata : " Ibu pengawas, beras di rumah kami semua seperti ini jadi bagaimana? "

Pengawas itu juga tidak ingin tahu serta berkata : " Ibu miliki berapakah hektar tanah hingga dapat menanam berbagai macam type beras? "

Terima pertanyaan seperti itu sang ibu itu pada akhirnya tak berani berkata apa-apa lagi.

Awal bln. ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali geram besar dengan kalimat kasar serta berkata : " Anda sebagai ibu mengapa demikian keras kepala, mengapa tetap masih membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu! ".

Dengan berlinang air mata sang ibu juga berlutut di depan pengawas itu serta berkata : " Maafkan saya bu, sesungguhnya beras ini saya bisa dari mengemis ".

Sesudah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget serta tak dapat berkata apa-apa lagi. Sang ibu itu pada akhirnya duduk di atas lantai, menggulung celananya serta memerlihatkan kakinya yang telah mengeras serta membengkak. Sang ibu itu meniadakan air mata serta berkata : " Saya menanggung derita rematik stadium paling akhir, bahkan juga untuk jalan juga sulit, terlebih untuk bercocok tanam. Anakku begitu tahu keadaanku serta ingin berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Namun saya melarang serta menyuruhnya bersekolah lagi. " Sampai kini dia tak memberitahu sanak saudaranya yang ada dikampung samping. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.

Sehari-hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong serta pertolongan tongkat pergi kekampung samping untuk mengemis. Hingga hari telah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Hingga pada awal bln. semuanya beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.

Ketika sang ibu menceritakan, dengan cara tak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, lalu mengangkat ibu itu dari lantai serta berkata : " Bu saat ini saya bakal melapor pada kepala sekolah, agar dapat diberikan sumbangan untuk keluarga ibu. "

Sang ibu buru- buru menampik serta berkata : " Janganlah, bila anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, jadi itu bakal menghancurkan harga dianya. Serta itu bakal mengganggu sekolahnya. Saya begitu terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, namun tolong ibu dapat melindungi rahasia ini. "

Pada akhirnya permasalahan ini di ketahui juga oleh kepala sekolah. Dengan cara diam- diam kepala sekolah membebaskan cost sekolah serta cost hidup anak itu sepanjang tiga th.. Sesudah Tiga th. lalu, sang anak itu lulus masuk ke perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point. Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah berniat mengundang ibu dari anak ini duduk di atas tempat duduk paling utama. Ibu ini terasa aneh, demikian banyak murid yang memperoleh nilai tinggi, namun kenapa cuma ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi di sana masihlah ada tiga kantong beras.

Pengawas sekolah itu pada akhirnya maju kedepan serta bercerita cerita sang ibu ini yang mengemis beras untuk anaknya bersekolah. Kepala sekolah juga tunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru serta berkata :

" Berikut sang ibu dalam narasi tadi. " Serta mempersilakan sang ibu itu yang begitu mengagumkan untuk naik keatas mimbar.

Anak dari sang ibu itu dengan beberapa sangsi lihat kebelakang serta lihat gurunya membimbing mamanya jalan keatas mimbar. Sang ibu serta sang anakpun sama-sama bertatapan. Pandangan ibu yang hangat serta lembut tertuju pada anaknya. Pada akhirnya sang anak juga memeluk serta merangkul erat ibunya serta berkata : " Oh Mamaku…… " 

No comments:

Post a Comment